The Female Brain



  • Production Company : Black Bicycle Entertainment Night and Day Pictures
  • Distributor : IFC Films
  • Tanggal rilis : 17 Juni 2017 (Los Angeles Film Festival)
  • Durasi film : 99 menit
  • Bahasa : Bahasa Inggris
  • Whitney Cummings sebagai Julia Brizendine
  • Toby Kebbell sebagai Kevin
  • Beanie Feldstein sebagai Abby
  • Sofía Vergara sebagai Lisa
  • Deon Cole sebagai Steven
  • Lucy Punch sebagai Lexi
  • James Marsden sebagai Adam
  • Cecily Strong sebagai Zoe
  • Blake Griffin sebagai Greg

+++++++++++

Minggu lalu, kebetulan project an sudah landai, lalu saya memutuskan untuk sejenak mengurangi ketegangan. Saya memutuskan untuk menonton koleksi film yang ada di laptop saya dan langsung menunjuk satu buah judul yang tampak menarik, The Female Brain.

Film ini menceritakan seorang neuropsychologist, dr. Julia Brizendine, yang tertarik meneliti pola pikir perempuan. Film ini sendiri terinspirasi dari buku The Female Brain, yang ditulis oleh dr. Louaan Brizendine yang juga seorang neurologist. Buku versi lainnya adalah The Male Brain. Pada intinya, film ini berusaha menggambarkan bagaimana perbedaan pola pikir dan persepsi laki-laki dan perempuan. Yang istimewa lagi adalah, film ini dibintangi oleh Blake Griffin, atlet basket ternama di USA.

+++++++++++

Perbedaan psikologis laki-laki dan perempuan memang selalu menarik untuk dibahas. Banyak buku yang mencoba menjelaskan hal ini, ada yang berdasarkan penelitian ilmiah, namun tak sedikit yang hanya berdasarkan asumsi. Misalnya Men Are From Mars, Women Are From Venus, The Female Brain, The Male Brain, dan lainnya. Namun, tetap saja pengetahuan tentang hal ini masih misterius.


Film ini adalah salah satu usaha lain untuk menggambarkan bagaimana otak laki-laki dan perempuan bekerja. Dikisahkan dalam film ini, dr. Julia Brizendine, yang fokus sekian tahun meneliti tentang bagaimana otak laki-laki dan perempuan bekerja. Beliau menemukan perbedaan yang signifikan dan bahkan bisa menebak pikiran setiap orang yang dilihatnya. Alih-alih beliau memetakan pola pikir tersebut, beliau malah terjebak dalam pola pikir seorang perempuan, sehingga menimbulkan bias dalam penelitian yang beliau lakukan.


Dalam film ini, diceritakan ada 3 keluarga yang menjadi perwakilan dari subjek penelitian dr. Julia Brizendine.


Keluarga Pertama, adalah keluarga yang sudah lama menikah, Lisa dan Steven. Keluarga ini dikaruniai satu orang anak. Meski awalnya mereka merupakan pasangan yang romantis, namun seiring berjalannya waktu Lisa merasakan sesuatu yang membosankan. Rutinitas harian yang mereka lakukan terasa formalitas. Ditambah lagi, Steven, suaminya yang tidak kreatif membuat sesuatu yang baru sehingga tidak membosankan. Pada akhirnya, keluarga ini pun berpisah.


Keluarga kedua, adalah keluarga Zoe dan Greg. Zoe merupakan wanita karier dan Greg adalah seorang pebasket profesional. Mereka baru saja menikah kurang lebih setahun sebelumnya. Keluarga ini lebih menggambarkan hubungan pola pikir laki-laki dan perempuan. Zoe cenderung merasa ingin mandiri dan hanya membutuhkan kehadiran Greg saat lelah dan butuh tempat pelampiasan perasaan saja. Sementara Greg butuh dihormati dan dihargai sebagai laki-laki.


Keluarga ketiga adalah, keluarga Lexi dan Adam. Sebenarnya, keduanya belum resmi menikah dan masih pacaran sekian lama. Lexi selayaknya perempuan pada umumnya, sangat memperhatikan detail, nurturing, dan sangat memperhatikan penampilan. Sementara Adam cenderung acak-acakan, masa bodoh, dan melakukan sesuatu sekehendaknya. Konflik dalam keluarga ini tipikal pada banyak keluarga. Menarik untuk diikuti ceritanya.

+++++++++++

Perbedaan cara kerja otak laki-laki dan perempuan dalam merespon stimulus yang diterima memang sangat rumit untuk dipahami. Buku-buku yang menjelaskan proses ini, kebanyakan menjelaskan pola yang umum. Sementara setiap manusia diberikan anugerah kemampuan untuk berikhtiar dan membuat keputusan. Sehingga, tentu akan muncul banyak bias dalam teorinya dan pada prakteknya akan banyak muncul perbedaan.


Bahkan, dalam Islam pun, kita tidak serta merta bisa mengetahui dan memperkirakan proses otak seseorang bekerja. Namun, memang ada pola-pola umum yang seringkali diambil dan dilakukan oleh kebanyakan orang. 


Terlepas dari bias yang muncul, pola umum yang ada, setiap kita adalah seorang individu yang berbeda. Kita lahir merdeka dan diberikan kebebasan untuk ikhtiar dan membuat keputusan. 


Jika kita memilih untuk hidup dalam kotak pola pikir umum, maka kita akan terjebak pada pribadi orang lain. Sebaliknya, ketika kita memutuskan sendiri apa yang akan kita lakukan sebagai respon terhadap stimulus yang kita terima, kita bisa mengarahkan diri kita menuju ke arah yang kita harapkan.

Live your life based on your own will.

Comments

Popular posts from this blog

Sholat Adalah Tiang Agama

Masa-Masa Putih Abu-Abu

Jalan-jalan Ke Pantai Sawarna, Banten